Acara tersebut dihadiri oleh Yanyan Nurdin, M. Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, S.S.,M.Hum., selaku Rektor IAI Persis Garut, Daden Robi Rahman, M.A, serta para mahasiswa-mahasiswi IAI Persis Garut dari berbagai Program Studi yang berjumlah 103 mahasiswa.
Acara ini diawali dengan pembacaan Alquran, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars IAI Persis Garut.
Pada sambutan pembuka disampaikan oleh Yanyan Nurdin, M.Ag selaku Ketua Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir, beliau menyampaikan dalam sambutannya
"Alhamdulillah dari PKU (Program Kaderisasi Ulama) Gontor hadir pada hari ini untuk bisa sharing ilmu bersama kita di sini ada tema-tema yang berkaitan juga dengan ke Alquranan yang pertama ada Arif Salam Samsul, S. Pd, M.Pd beliau akan menyampaikan tentang dampak bias feminisme dalam interpretasi Alquran sendiri dan ini sangat bagus sekali Bagi wawasan kita bagaimana terkait feminisme dan kaitannya dengan Alquran.
Kemudian pembicara yang kedua yaitu Asfa Fikriyyah S.Ag kritik kritik kontekstualisasi liberal pada penafsiran Alquran kontemporer dan tentu ini menjadi wawasan bagi kita apalagi yang semester 7 yang akan sebentar lagi menyusun skripsi kemudian yang terakhir Muhammad Iqbal Faqihuddin S. Pd ia akan membahas tentang problem child free dalam pusaran hukum keluarga Islam ini kaitannya syariat Islam "Yang berikutnya ada penyampaikan keynote speech oleh Dr. Tiar Anwar Bachtiar, S.S.,M.Hum., selaku Rektor IAI Persis Garut.
Dalam keynote speech-nya, Rektor IAI Persis Garut, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, menyampaikan bahwa IAI Persis memiliki hubungan baik dengan Gontor, dan banyak dosen di IAI yang merupakan alumni PKU Gontor. Ia mendorong mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir untuk mengikuti program PKU yang biasanya berlangsung pada bulan Ramadhan.
Beliau mengingatkan bahwa meskipun banyak jurusan Ilmu Alquran dan Hadis bermunculan, perlu dipahami tujuan mempelajari keduanya serta standar benar dan salah dalam tafsir. Ia juga mengkritisi kecenderungan menganggap semua tafsir Alquran beragam, padahal itu seringkali karena kurangnya pemahaman.
Menurutnya, ilmu tafsir tidak bertujuan menciptakan penafsiran baru, tetapi menjaga otentisitas Alquran. Ia menekankan bahwa tidak semua metode penafsiran relevan atau dapat diterapkan, dan ajaran Islam unik karena tidak mengalami perubahan dalam ritual dan prinsip dasarnya.
Kemudian acara selanjutnya yaitu penyampaian materi pertama oleh Arif Salam Samsul, S. Pd, M.Pd dengan tema pembahasannya dampak bias feminisme dalam interpretasi Alquran, beliau menyampaikan feminisme adalah gerakan yang memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, yang awalnya muncul sebagai respon atas diskriminasi terhadap perempuan di Barat, seperti kurangnya hak berpolitik dan jabatan publik serta kekerasan.
Namun, dari perspektif Islam, konsep kesetaraan ini dianggap problematis karena Islam memandang hubungan laki-laki dan perempuan sebagai saling melengkapi, dengan peran dan keterwakilan yang seimbang, baik dalam aspek agama maupun jabatan.
Selanjutnya pemateri kedua disampaikan oleh Asfa Fikriyyah S.Ag mengenai kritik kritik kontekstualisasi liberal pada penafsiran Alquran kontemporer.
Kontekstualisasi melibatkan pemahaman teks dalam rangkaian peristiwa tertentu. Tiga aspek utamanya meliputi:
- Asbabun nuzul sebagai landasan utama untuk mengaitkan makna ayat dengan situasi masa kini.
- Penafsiran teks bersifat fleksibel dan dapat berubah sesuai kebutuhan zaman.
- Setiap orang dapat menggunakan akal pikirannya dalam menafsirkan Alquran, karena nalar pemikiran di masa lalu mungkin tidak relevan dengan kondisi saat in
Setelah sesi tanya jawab selesai dilaksanakan maka sesi berikutnya adalah epilog atau penutupan yang disampaikan oleh mentor PKU (Program Kaderisasi Ulama).
Saat ini, ketaatan umat Islam sering dianggap fanatik atau radikal, dan banyak mitos berkembang dalam narasi publik. Era modern yang berfokus pada sains dan teknologi kerap memandang agama sebagai mitos, sementara sekularisme gagal menjembatani agama dengan kehidupan publik.
Terdapat pula kesalahpahaman bahwa feminisme berarti menyetarakan laki-laki dan perempuan, padahal keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Islam mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki fitrah dan peran berbeda, termasuk dalam aspek biologis.
Kesimpulan ini mengingatkan agar umat Islam selalu kritis terhadap ide-ide baru dan terus mengkaji secara mendalam untuk menemukan yang sejalan dengan ajaran dan tidak merusak kehidupan.
Kemudian acara ini ditutup dengan pemberian cendramata kepada mentor PKU oleh Wakil Dekan Fakultas Usuludin yakni Daden Robi Rahman, M. A, pemberian plakat dan bingkisan kepada para pemateri oleh Yanyan Nurdin, M. Ag dan yang terakhir pemberian plakat oleh Hasan Anshori, M.Pd. Setelah itu dilakukan sesi foto bersama antar pemateri,mentor PKU, jajaran dosen dan para peserta serta panitia seminar.
Jurnalis : Rohima
Dokumentasi : Budi dan Panitia
Editor : Silmi