Sastra dan Jurnalistik, Apa Hubungannya?

Senin, 18 Februari 2019 Telah diadakan “Diskusi Literasi” di serambi Mesjid Baiturrahman STAI Persis Garut. Diskusi tersebut bertema; “Sastra dan Jurnalistik, apa hubungannya?” atau selebihnya mengenai Tafsir filosofis penamaan Unstraj itu sendiri. Pemantiknya adalah Fachri Khairudin, S.Ag.


Diskusi tersebut dimulai pada pukul 10.00–11.25  dalam pembahasannya Kang Fachri membahas terlebih dahulu tentang Unstraj itu sendiri. Karena menurut Beliau  “Tahu latar belakang sejarah untuk maju mengetahui Identitas. Hadirnya Unstraj itu sendiri karena rasa khawatir budaya literasi yang sangat minim dan budaya copy paste yang merebak dikalangan mahasiswa”.

UKM Unstraj ini digagas oleh Fajar Shidiq, S.Ag. namun secara gen budaya literasi ini diwariskan oleh Alumni-alumni sebelum adanya Unstraj. Diawali pada masa Ustadz Kinkin sampai Ustadz Ridwan. Budaya literasi ini, sempat terputus sampai pada waktu itu Kang Fachri mengadakan buletin pada saat beliau menjabat Ketua BEM, buletin itu dinamakan “Good Minority”,dan beliau juga mengadakan ruang diskusi yang bernama “Mukhtar Academia”.

Apabila kita terbersit dalam pikiran bahwa Unstraj ini terdiri dari gabungan yang berbeda entitas, antara Sastra dan Jurnalistik dalam UKM ini.

Sastra itu sendiri bermakna:
1. Fiksi
2. Subjektif
3. Hyper

sedangkan Jurnalistik berkaitan:
1. Objektif
2. Empiris
3. Akurat dan
4. Tepat.

Entitas yang berbeda ini menurut Kang Fachri yang mengaitkannya adalah “Literasi”, karena menurut Beliau dengan adanya literasi mengejawantahkan sesuatu yang idealis menjadi suatu yang realistis.

Pada akhirnya dalam pembahasan terakhir Kang Fachri menjelaskan tentang Paradoks literasi, beliau mengatakan diantaranya:

1. Literasi Murni: Tipe orang yang menghabiskan waktu dengan buku-bukunya namun kurang dalam mobilitas gerak.

2. Literaksi: Orang yang liter dulu sebelum aksi. Artinya apa yang dia baca, diejawantahkan dalam setiap geraknya. Dengan kata lain punya mobilitas yang tinggi.

3. No liter no aksi. Artinya dia hanya hidup bersanda gurau saja. Tanpa membaca dan tanpa beraksi dalam gerak.

Begitu yang telah diuraikan Kang Fachri tentang “Diskusi Literasi” di serambi Mesjid Baiturrahman STAI Persis Garut.

                                     *_El Ghaniy_19_*


Posting Komentar

Halo sobat Aksara!
Jika mari berkomentar dengan memberikan gagasan atau pendapat yang terbaik, kita jauhi komentar yang mengandung hal yang tidak diinginkan yaa!

Lebih baru Lebih lama