(Sumber: Jurnalis Aksara)
IAI Persis Garut menyelenggarakan Ma’ruf (Masa Ta’aruf) hari ketiga pada Rabu (25/09/2024) yang betempat di Auditorium IAI Persis Garut, Jalan Aruji Kartawinata Ciawitali, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Kegiatan tersebut mulai dilaksanakan pukul 07:00 WIB yang diawali dengan apel pagi.
Acara Ma’ruf (Masa Ta’aruf) hari ketiga menghadirkan tiga pemateri, yaitu Rizal Faturohman Purnama, M.Ag, Dr. Helmi Budiman, M.M, dan Elvan Syah Muharram, S.IP., M.A.P.
Materi pertama di isi oleh Rizal Faturohman Purnama, M.Ag dengan tema, “Mendorong Kepemimpinan Mahasiswa dalam Era Digitalisasi Menuju Society 5.0.”
Beliau memaparkan kalau kita ingin mengenal Tuhan kita perlu memahami diri kita sendiri. “Kita itu siapa? Berada di zaman seperti apa? Berada dimana? Sedang melakukan apa? Kemampuan kita apa?” Menurut apa yang dipaparkan beliau, sebelum melaksanakan sesuatu harus mengenal diri sendiri.
Di antara materi yang disampaikan ialah tentang Digital Overview Indonesia mengenai populasi 278.7 juta penduduk,pengguna internet 185.3 juta (66,5%), pengguna sosmed 139 juta penduduk,waktu berinternet 7 jam 38 menit, waktu bersosmed 3 jam 11 meni dan indeks litdig 3.54 dari 5 (2022).
Kemudian beliau mengatakan, “Kalian berada di zaman disrupsi digital. Disrupsi digital ialah perubahan yang signifikan dalam cara berinteraksi, pada industri, dan masyarakat beroperasi akibat pengenalan teknologi digital baru.”
“Disrupsi ini biasanya melibatkan adopsi teknologi yang mengganggu model sosial maupun bisnis yang lama, mengubah dinamika masyarakat maupun pasar, dan menciptakan peluang baru sekaligus tantangan serta resiko baru.”
Tambahnya, kepemimpinan digital untuk kesinambungan organisasi meliputi:
- Pilar pendukung digital leadership
- Suistainabilitas organisasi melalui digital leadership
- Peran kepemimpinan dalam transformasi di era digital.
Kemudian, pilar pendukung kepemimpinan digital diantaranya:
- Berpartisipasi & membangun ekosistem capaian tujuan organisasi
- Berpikir progressit, Inovatif, kreatif
- Memahami teknologi masa kini, berpikir masa depan, visioner
- Membangun komunikasi efektif
- Membangun jejaring dengan pemangku kepentingan
- Bersikap bijak terhadap perkembang an teknologi
- Mampu menilai dan mengambil keuntungan dari big data
"Teknologi itu tidak bisa dipisahkan dengan adanya manusia. Kenapa? Karena, kehidupan revolusi manusia beriringan dengan evolusimya teknologi," ujarnya
Sebelum dilanjutkan materi kedua acara diselang dengan Ice Breaking, perkenalan kelompok dan PENSI.
Selanjutnya materi kedua membahas mengenai “Digitalisasi dan Ekonomi Kreatif: Peran Mahasiswa sebagai Penggerak dalam Memebangun Ekonomi Kreatif yang Berkelanjutan” yang disampaikan oleh Dr. Helmi Budiman, M.M yang mana beliau merupakan Calon Bupati Garut.
Beliau menjelaskan konsep ekonomi dalam Islam merujuk pada sebuah negara. Negara yang makmur digambarkan dalam Alquran. “Kegiatan negaranya baik, dalam ekonomi erat kaitannya dengan Allah karena Allah lah yang memberikan rizqi.”
“Hal yang harus kita bangun dalam peran kita yaitu menyiapkan mental, bagaimana kita memiliki mental yang kuat tentang ekonomi? Yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah, berbuat baik kepada orang tuanya, melakukan sedekah.”
Alasan kenapa orang yang mampu masih ingin bantuan pemerintah karena memiliki mental miskin.
Pemerintah turun tangan yang memberikan dampak untuk ekonomi. Zakat, infak dan sejenisnya itu dapat memutar roda perekonomian. Pekerjaan sosial memberikan pembelajaran sosial kepada kita. Jika ingin meningkatkan mental maka ikutilah organisasi organisasi dan kegiatan sosial. Jika ada peluang maka lakukan tapi jangan sampai melupakan kuliah atau kewajiban.
Setelah Isoma (Istirahat, shalat, makan) dilanjutkan materi ketiga membahas mengenai “Manajemen Aksi” yang disampaikan oleh Elvan Syah Muharram, S.IP, M.A.P.
Beliau menjelaskan menjadi mahasiswa baru harus mempunyai pemikiran atau pola pikir yang mesti diubah agar critical thingking-nya berfungsi.
Critical thingking yang baik yang bisa dilakukan mahasiswa dalam sisi pengetahuannya, yaitu bisa merumuskan pertanyaan. “Jika teman-teman tidak bisa merumuskan pertanyaan dengan baik dan menjawab pertanyaan dengan baik maka teman-teman kurang afdhol jika disebut dengan mahasiswa.”
“Daya kritik dipakai oleh mahasiwa untuk mengeluarkan pendapat yang benar begitupun dengan aksi ini dilakukan untuk daya kritik untuk melakukan kebenaran yang ada,” lanjutnya.
Dalam materinya, beliau memaparkan bahwa managemen aksi itu ada karena analisis pada kondisi yang ada, dengan melakukan langkah-langkah aksi diantaranya: kajian, konsolidasi, kajian kembali,gelar aksi, evaluasi.
Materi ketiga ini diakhiri dengan mempraktikan langsung materi tersebut dengan simulasi aksi antara peserta dan panitia.
Jurnalis: Dira, Dianah, Haifa, Rifa
Editor: Aida
Dokumentasi: Hilwa