Umat Islam Harus Bangkit Dari Ketidakadilan Media





Perangkat teknologi dan media merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan dari manusia pada era modern ini, termasuk umat Islam. Seiring dengan berkembangnya alat teknologi, umat Islam harus bisa memanfaatkan moment tersebut, untuk mengimbangi berbagai macam opini publik yang selalu menyudutkan umat Islam.

Fenomena tersebut menyebabkan pentingnya bagi umat Islam menggunakan media massa dengan pandai. Tidak hanya pandai dalam menggunakan media, tapi umat Islam juga harus dapat menguasai media yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki tekad untuk menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas tinggi dan keberpihakan terhadap umat Islam.

Kalaulah umat Islam tidak memanfaatkan moment itu, maka perangkat-perangkat tersebut akan dikuasai oleh orang-orang kafir. Akibatnya seperti yang sedang dirasakan sekarang, kedzaliman media massa terhadap umat Islam terus dilakukan. Mereka tidak berhenti menyampaikan informasi yang menyudutkan Islam yang tidak sesuai dengan fakta. 

Tidak heran jika kita melihat kepada ayat yang berbunyi:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di berkata tentang tafsir ayat di atas, "Kemudian Allah Ta'ala mengabarkan bahwa mereka akan terus memerangi kaum mukminin. Misi mereka bukan untuk mengambil harta kaum mukminin dan membunuh mereka. Sesungguhnya misi mereka adalah untuk mengeluarkan kaum mukminin dari agama mereka lalu menjadi kafir sesudah beriman sehingga mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka akan mengerahkan kemampuan mereka untuk semua itu, melakukan apa yang bisa dilakukan, "dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai"."

Jika merujuk pada dalil tersebut, bahwasanya orang-orang kafir akan menempuh berbagai macam jalan atau cara untuk menghancurkan umat Islam. Begitupun dengan media, orang kafir akan memaksimalkan penggunaan media mereka untuk menyerang umat Islam.

Maka dari itu, kita sebagai orang muslim harus dapat memaksimalkan peranan kita untuk menggunakan media supaya bisa melawan opini-opini yang menyerang umat Islam. Karena menurut Abu Bashir Al-Wuhaisyi, pimpinan Al Qaeda Arabic Peninsula (AQAP), "Bahwa pekerjaan media adalah setengah dari jihad."

Hal ini mengingatkan kita pada ungkapan seorang Sayyid Qutb yang melegenda, “Peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi tulisan bisa menembus jutaan kepala.”

Maka dari itu kita harus senantiasa bersungguh-sungguh dan konsisten dalam mengemban media ini sebagai jalan untuk menyampaikan kebenaran dan berdakwah. Tidak lupa untuk selalu memperhatikan  _interest_ (kepentingan) umat Islam serta berperan sebagai _pressure_ (penekanan) terhadap segala bentuk kedzoliman tanpa mengabaikan prinsip-prinsip independensi dan keberimbangan.

Para sahabat juga merupakan pengemban suatu peristiwa atau kejadian pada saat itu, mereka menyampaikan sosok atau perbuatan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang kini menjadi hadits. Yang jika diqiyaskan perbuatan sahabat itu berkenaan dengan pengemban media saat ini. Karena dengan adanya media, Islam bisa tersebar luas di muka bumi.

Seperti dalam Al-Quran yang didalamnya terkandung unsur jurnalistik, diantaranya adalah:
وَمَا نُرْسِلُ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ ۚ وَيُجَٰدِلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِٱلْبَٰطِلِ لِيُدْحِضُوا۟ بِهِ ٱلْحَقَّ ۖ وَٱتَّخَذُوٓا۟ ءَايَٰتِى وَمَآ أُنذِرُوا۟ هُزُوًا

"Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan." (QS. Al-Kahfi: 56)

رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةٌۢ بَعْدَ ٱلرُّسُلِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisaa: 165)

Merujuk pada ayat-ayat diatas, pengemban media atau jurnalis merupakan tugas yang berat dan sangat suci, karena pertanggungjawabannya langsung kepada Allah, maka harus menerapkan sifat Nabi yakni shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah supaya tidak mengada-ada  dan tidak membuat rekayasa saat menyampaikan informasi pada publik serta tidak terburu-buru menyebarluaskan berita yang belum jelas sumbernya.

Oleh: Gumilar Saputra

http://persmaunstrajstaipigarut.blogspot.com/?m=1

Posting Komentar

Halo sobat Aksara!
Jika mari berkomentar dengan memberikan gagasan atau pendapat yang terbaik, kita jauhi komentar yang mengandung hal yang tidak diinginkan yaa!

Lebih baru Lebih lama