Garut, Aksara- IAI Persis Garut Mengumumkan para Mahasiswa S1 dan Pascasarjana Berprestasi pada acara wisuda 2025 Angkatan 1, yang diselenggarakan di Auditorium kampus, jalan aruji kartawinata, tarogong kidul, pada sabtu (20/09/2025).
Pada acara wisuda ini ada beberapa nominasi wisudawan wisudawati yang berprestasi, diantaranya;
Wisudawan dan wisudawati peraih IPK tertinggi, diantaranya dari prodi ilmu hadits diraih oleh annisa ayu saleha dengan IPK 3,95 dan fatia nurussilah dengan IPK 3;95. Dari prodi ilmu al-qur`an Tafsir diraih oleh Fitri aulia ramadhani dengan IPK 3,92. Prodi Pendidikan Agama Islam diraih oleh sofia siti hajar rahmini Mh dengan IPK 3,85. Dari prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah diraih oleh reva shautulhaq dengan IPK 3,85 dan Tati Hartati dengan IPK 3,85. Prodi Ekonomi syariah diraih oleh Ai Fatmawati dengan IPK 3,88. Bimbingan Konseling Pendidikan islam diraih Oleh Fadila sadiya dengan IPK 3,96.
Dan Magister Pendidikan Agama Islam diraih oleh Heri Mulyadi dengan IPK 3,88.
Riset terbaik diraih oleh zulfi M Ramadhan dari prodi ilmu al-qur’an dan tafsir dengan nilai riset 83,88, tedi kurniawan dari prodi ilmu hadits dengan nilai riset 82,88, heri muliyadi dari magister pai dengan nilai riset 82,50, hendri budiyanto dari prodi ekosy dengan nilai riset 78,5, destia khoerun dari bimbingan konsling pendidikan islam dengan nilai riset 77,50, syifa nur syaidah dari pendidikan agama islam dengan nilai riset 77,00, Anisa Nur Latifah dari pendidikan guru madrasah ibtidaiyyah dengan nilai riset 75,38.
Mahasiswa hafidz 30 juz yaitu ismail asshidik, natasya hasna nurrifdah, dianah, fadila sa’diya,dewi kartiwi, salman faiz rahmat, wulan nurdiyanti nengsih, maya Nabila, putra naufal prayoga, hasna aufa mujahidah, Irvan ropiasyah, kulsum asriyyah, ahmad zaul haqi al salami, azmi aulia.
Mahasiswa teladan diraih oleh tedi kurniawan dari prodi ilmu hadits dan mendapatkan penghargaan besiswa paskasarjana ilmu hadits.
Julfi M ramadhan Salah satu mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Persis (IAI PERSIS) Garut berhasil meraih penghargaan sebagai peraih Riset Terbaik Pertama. Prestasi ini diraih bukan melalui skripsi, melainkan lewat publikasi artikel pada jurnal bereputasi Sinta 3. pesan yang beliau sampaikan yaitu "Jangan pernah putus asa harus terus bangkit karena dunia ini bukan untuk mereka yang sukses terus berhenti dan berleha-leha tapi dunia ini untuk mereka yang terus berjuang tanpa menyerah dan yang paling penting adalah Don't expect to learn"
"Dan sosok yang paling berjasa tentunya keluarga ayah, ibu, adik, kakak yang mensupportnya selama berkuliah di iaipi garut, kemudian para dosen pembimbing juga yang telah membimbingnya Sampai bisa menulis jurnalis artikel sinta 3" Ungkap nya.
"dan pada teman-teman yang selalu menemaninya Sampai detik ini, untuk menjadi konsisten tentunya kita tidak boleh menjadi mahasiswa kupu-kupu,tetapi kita harus tentukan goalsnya apa kita itu pengen di kenang setelah tidak ada dari kampus ini entah itu jadi mahasiswa yang ngasih warisan, entah itu pengetahuan atau aktivis, atau akademis dan yang lainnya karena orang-orang akan melihat kontribusi kita jadi yang intinya tentukan tujuan yang kedua bertakwalah kepada Allah semampu mungkin dan yang terakhir jangan pernah menutup diri ini jamannya kolaborasi kita jangan nutup orang lain karena pada intinya orang lainlah yang menyempurnakannya, langkah yang di ambil yaitu menjadi editor jurnal di kampus ini dan insyaallah akan membantu mahasiswa disini yang ingin mempunyai karya artikel ilmiah yang bisa terbuktikasi dan akan mengembangkan ilmunya dan yang terakhir kebetulan mempunyai usaha juga insyaallah dengan usahanya bisa mensejahterakan masyarakat" Ucap Zulfi M Ramadhan dalam memberikan pesan dan kesan setelah mendapatkan riset terbaik.
Dan Predikat Mahasiswa Teladan tahun ini di Institut Agama Islam (IAI) Persis Garut diraih oleh Tedi kurniawan S. Ag. , mahasiswa yang dikenal aktif tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga dalam organisasi dan kegiatan sosial. Bagi Tedi, capaian ini merupakan anugerah sekaligus tanggung jawab moral yang besar.
“Rasanya campur aduk, di satu sisi bersyukur karena diberi prestasi, tapi di sisi lain ada beban moral yang harus saya jaga,” ungkapnya saat diwawancarai.
Tedi menegaskan bahwa perjalanan meraih prestasi tidak hanya berangkat dari ruang kuliah. Baginya, mahasiswa harus mampu mengambil peran lebih luas.
“Motif saya sederhana, selama berkuliah maupun berorganisasi, apapun perannya harus untuk kebermanfaatan orang lain,” jelasnya.
Saat ditanya siapa yang paling berjasa dalam perjalanannya, Tedi tanpa ragu menyebut orang tua.
“Pertama tentu orang tua, mereka yang selalu mendukung dan menolong. Selain itu teman-teman dekat juga punya peran penting,” tuturnya.
Di tengah tantangan perkuliahan, Tedi mengaku kerap mendapatkan motivasi dari dosennya sejak semester satu.
“Ustadz Husen selalu bilang, kalau kalian ingin menjadi orang luar biasa maka lakukanlah hal-hal yang tidak biasa dilakukan orang lain. Itu jadi pengingat setiap kali rasa malas datang,” katanya.
Meski mengaku memiliki kebiasaan mahasiswa pada umumnya, seperti rebahan atau bermain game, Tedi tetap menekankan pentingnya membaca. Namun, baginya kualitas lebih penting daripada kuantitas.
“Saya tidak menarget berapa buku, tapi berapa banyak pemahaman yang bisa saya ambil. Setiap kalimat dalam buku itu bermakna,” ujarnya.
Prestasi yang diraih Tedi tidak ia lihat semata sebagai penghargaan pribadi, melainkan peluang untuk memberi kontribusi.
“Kalau konteksnya masyarakat, berarti kita ambil peran sosial. Mau lewat organisasi atau lembaga masyarakat, yang penting bisa terjun dan memberi manfaat,” ungkapnya.
Sebagai mahasiswa berprestasi, Tedi merasa memiliki tanggung jawab menjaga nama baik kampus.
“Saya ingin menjaga integritas, agar bisa ikut membesarkan kampus. Besar bersama kampus, itu prinsip saya,” katanya.
Tak lupa, Tedi menyampaikan pesan untuk mahasiswa baru agar tetap percaya diri meski kuliah di kampus kecil.
“Kalau ingin jadi luar biasa, lakukan hal-hal yang tidak biasa orang lain lakukan. Jangan minder hanya karena nama kampus. Walaupun kecil, kita bisa membuat kampus ini besar suatu hari nanti,” pungkasnya.