RESENSI NOVEL "BUMI CINTA"

 


    Sebagian orang berkata, "Ngapain sih baca novel? Gak ada manfaatnya!" Padahal, tangan mereka tak pernah terulur untuk membuka halaman buku bernama "Novel". Bahkan, ketika bukunya tersodor pun, mereka lekas menutup mata, telinga, dan juga hati. Namun, mulutnya nyablak, tajam, menusuk hati. 

    Bagi siapa pun yang berpendapat novel tidak memiliki value, sepertinya belum membaca novel satu ini. Novel yang tercipta dari tangan seorang ulama bernama Habiburrahman El-Shirazy atau yang akrab disapa dengan 'Kang Abik'. 

    "Bumi Cinta", buku yang sudah dicetak ulang sebanyak lima kali. Pada tahun 2019, tiga kali dicetak ulang, pada tahun 2020 satu kali dicetak ulang, dan tahun 2021 satu kali dicetak ulang. 

    Berbagai tokoh, seperti dosen pascasarjana, praktisi perfilman, redaktur senior harian Penerbit Republika, dan pemerhati novel keturunan Tionghoa memberikan komentar yang positif terhadap novel ini. 

    "Kisah Ayyas mempertahankan imannya sebagai pemuda Muslim di tengah kehidupan Moskwa, Rusia yang penuh tantangan itu disajikan dalam novel ini dengan sangat memukau, indah lagi mengharukan." — Dr. Syamsuddin Arif, MA., (Dosen Pascasarjana UNIDA Gontor). 

    Ya, novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Ayyas yang harus melakukan penelitian tesis di Moskwa, Rusia. Negara yang disesaki oleh free sex, pornografi, pornoaksi, liberalisme dan lain sebagainya. 

    Beliau memilih latar tempat di Rusia, karena hasil riset menunjukkan bahwa penduduknya adalah negeri yang paling bebas sedunia, sebagian besar penduduknya adalah penganut paham free sex radikal. Terlebih lagi, Rusia adalah negara pengakses situs porno terbesar di dunia. 

    Tentu tidak mudah bagi orang-orang yang beriman menjaga dan mempertahankan imannya dalam melawan musuh iman yang begitu kentara. Lebih kejam, lebih buas, dan lebih licik daripada negara yang terkenal bebas dan sekular seperti Amerika Serikat. 

    Baca juga: RESENSI NOVEL PURNAMA DI ATAS BUKIT

    Novel "Bumi Cinta" ini, adalah hasil tadabbur beliau atas firman Allah dalam Q.S Al-Anfal: 45-47. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh-hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan."

    Novel ini benar-benar penuh makna dan sarat akan pengajaran. Bukan novel namanya kalau tidak mengaduk-ngaduk perasaan pembacanya. Bagi saya, novel ini sukses sekali membawa perasaan saya naik wahana roller coster

   Baca juga: NOVEL: "MEOW!"

    Since yang menurut saya paling memukau dan mengharukan, adalah ketika saya menemukan suatu implementasi surat Ali Imran ayat 54 yang berupa perumpamaan dan tergambar dengan apik dalam cerita ini. Air mata saya spontan menetes saat menyadarinya. Hampir saja Ayyas dipenjarakan karena dituduh sebagai pelaku pengeboman yang direkayasa oleh para zionis la'natullah. Maha Kuasa Allah, di saat mereka membuat siasat, Allah juga membuat siasat. Dan Allah sebaik-baik pembuat siasat, tidak akan ada yang bisa menandingi-Nya. 

    So, novel is important too. Bukankah ilmu bisa didapat dari mana saja? Maka dari itu, buka matamu selebar-lebarnya. Sebab ilmu dan juga hidayah Allah bisa kamu 'jemput' dari mana saja, bahkan dari sebuah novel sekalipun. 

    Buku adalah jendela ilmu. 


    Garut—18 Agustus 2023, by Nur Aida Hasanah.

Posting Komentar

Halo sobat Aksara!
Jika mari berkomentar dengan memberikan gagasan atau pendapat yang terbaik, kita jauhi komentar yang mengandung hal yang tidak diinginkan yaa!

Lebih baru Lebih lama