SEBAB CINTA

 
Source: https://pin.it/6ii6LVa

    Diantara pertalian hidup  manusia adalah karena cinta. Kata yang amat disenangi tiap-tiap jiwa berkasih, menyata sayang sesama demi kibar kesentosaan tercapai sama-sama.

    Ia banyak modelnya, ada cinta yang tak terselesaikan, adapula yang terselesaikan, adapula yang tak terselamatkan dan adapula yang terselamatkan.

    Ia tak terselesaikan bahkan tak terselamatkan, adalah seorang pemuda mengaku  mencinta sorang gadis, dia amat pakem dengan nada halus ucapnya itu, menggelitik birahi terkutuk, berani menaruh mata ditatapnya pelan-pelan supaya terpikat, digarapnya pertemuan demi pertemuan guna mengokoh suka terpatri bayang wajah di hati, hingga niat menghalal seolah tiba esok hari. Nyatanya kalang kabut dibalik layar lantaran bingung menyata terima dengan tunai.

    Akhirnya lebih banyak bawang diberikan daripada bawang goreng yang harum, renyah yang menjadi pernik bagi makanan yang enak.

    Pemuda itu amat berani, berani merusak nilai kemanusian yang sejak lama menganut trah hormat menghormati, atau trah kejujuran yang berani, ia demikian karena lemah merasai perasaannya daripada kejujuran iman, konsep ini terlalu tinggi kian hari jarang terjamah lampah laku manusia, inilah jalan  para nabi yang sering dipakai untuk memuja llahi Robbi.

    Orang demikian tidak akan menerima apapun yang memasung suara nafsu manjanya, bahkan kebenaran iman sekalipun jika kita meniliknya lebih jauh. Hati nuraninya tersulut oleh gejolak merah jambu ala Romeo dan Juliet.

    Sebab cinta seperti ini tak lain adalah kekanak-kanakannya hidup, kurangnya perjalanan menyelidiki, tak acuh pada hinggapan isyarat Tuhan-nya, hidupnya tidak pernah bersendi sampai-sampai tak ada nilai mengangumi.

    Jadilah dia banyak tak terselamatkan, ia tipu ditipu keyakinan yang tak ajeg, menyelewengkan hati suci jika satunya amat benar buta telah menaruh hati, ia akan malu tatkala takdir berkata lain, bahkan ada yang saling mencaci diantaranya. Terbitkah kebencian dalam kehidupan. Jadilah ia tak terselesaikan urusannya.

    Ada lagi, cinta yang amat ta'dzim. Cinta yang terselamatkan dan terselesaikan.  Ia ada dua macamnya.

    Dan yang amat pertama adalah cinta kepada ketunggalan. Siapapun yang menaruh hati, ia tak pernah disakiti, walaupun kadang pula temaramnya hidup dikisahkan orang-orang demikian begitu tersungkur di alam jagat, tapi lagi-lagi akhiran kisahnya akan dinyatakan dia menikmati manisnya penderitaan sebab iman.

    Gemblengan keyakinan menjelma menjadi riuhnya manusia mahu berperih-perih, tak mahu menjual etika walau dihantam orang kafir musyriki menawar pangkat, tak ragu menggugat kedzaliman kaum munafiqi menawar harta, tak gentar dihina bangsa sendiri menawar laba.

    Batinnya khusyu' menata atur syari'at, menyingkir nafsu mengkerdil hawa. Buat mencapai tujuan sama-sama segenap  umat manusia teraihi kesentosaan.

    Manusia model begini yang biasanya sederhana dalam pergaulan, tidak tanggung-tanggung saat harus memikul amanah tak disentunya sedikitpun bukan haknya. Bahkan yang menjadi haknya pun banyak yang tak diterima.

    Sederhana hidupnya, omong juangnya ditulis disebut-sebut sampai kini, di kutip-kutip anak muda yang suka menyelidiki masalah bangsa - agamanya.

    Terselamatkan dan terselesaikanlah cintanya. Sampai ia menghembus nafas terakhirnya, duhai anaku cucuku pengang cinta itu santun-santun karena kita telah merdeka. Berjuanglah kau sebagaimana aku. Walau terkadang hari ini banyak rasa cinta yang salah di kiprahkan, merdeka-merdeka nyatanya garam masih di impor dari negeri lain. Merdeka-merdeka nyatanya budaya korup menjadi tren penguasa. Bangunlah jiwa dan badannya!

    Kedua, cinta yang menjadi ayat-ayat teraihnya kegemilangan agama. Ialah Islam, yang diperjuangkan, agama yang terdeklarasikan dalam kitab suci.

    Dipandunya manusia mengatur alam jagad yang tak terlepas dari memandu kasih dengan lawannya. Inilah awal dari terbentuknya keselamatan bagi seluruh alam.

    Memandu kasih dengan hati yang kosong akan fujur. Ialah tertarik pada niat yang asal. Kemahuan yang asli berma'rifat, menaiki tanda-tanda terpasang dimata hatinya.

    Pada puncak inilah ia akan berambisi pada keterangan agamanya. Berkehidupan dengan hati sumringah, mendidik insan adabi, dengan harapnya kelak menjadi lil muttaqina imama.

    Cinta begini yang menjadi syaja'ah bagi orang-orang yang memiliki agama dan akal budi.


Penulis: Shindy At-Tasiky
Editor  : Nur Aida Hasanah 


Posting Komentar

Halo sobat Aksara!
Jika mari berkomentar dengan memberikan gagasan atau pendapat yang terbaik, kita jauhi komentar yang mengandung hal yang tidak diinginkan yaa!

Lebih baru Lebih lama